BAB IV

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Lokasi dan Situasi Tempat Penelitian
Sekolah Dasar yang menjadi tempat penelitian adalah kelas V SDN Bandingan 04. Lokasi sekolah tersebut terletak pada sebuah desa terpencil, tepatnya di desa Bandingan rt 03/ rw 05 kecamatan Rakit, kabupaten Banjarnegara. Sekolah Dasar ini sangat jauh dari keramaian kota dan daerahnya masih susah untuk dijangkau.
Sekolah Dasar Bandingan 04 ini secara fisik memiliki fasilitas yang sudah cukup baik, penataan ruang kelas, ruang guru, dan perpustakaan juga sudah rapi. Selain penataan ruang yang rapi, Sekolah Dasar ini juga melibatkan siswa untuk dapat menjaga kebersihan sekolah dengan bantuan dari penjaga sekolah. Dengan piket yang dirancang dengan baik dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh siswa, Sekolah Dasar ini terlihat sangat rapi.
Sekolah Dasar Bandingan 04 ini memiliki luas area 1.056 m2 yang sepenuhnya belum dapat difungsikan secara maksimal. Dari luas area tersebut SDN Bandingan 04 adalah sebuah SD yang menurut peta pendidikan kecamatan Rakit adalah sebuah SD yang terletak di daerah terpencil. Sekolah ini dibangun pada tahun 1984 dengan luas area sekolah adalah 1056 m2 dengan luas bangunan 743 m2. Bangunan yang dibangun dengan luas 743 m2 ini terdiri dari 1ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang dapur, 2 kamar mandi dan 6 ruang kelas.
Sekolah Dasar Negeri Bandingan 04 juga memiliki fasilitas atau sumber belajar seperti halnya dengan sekolah lain, seperti perpustakaan, mushola dan lapangan olahraga. Semua fasilitas yang ada telah digunakan seoptimal mungkin oleh guru dalam proses pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah.
Guru dan karyawan SDN Bandingan 04 secara keseluruhan berjumlah 10 orang yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 4 guru kelas, 2 guru agama yang merangkap sebagai guru kelas, 1 penjaga sekolah dan 3 guru wiyata bakti. Guru-guru SD Negeri Bandingan 04 memiliki kualitas mengajar yang cukup baik, karena dapat dilihat dari jenjang pendidikan guru-gurunya yang rata-rata lulusan diploma dan sarjana. Untuk saat ini, guru-guru lulusan diploma dituntut untuk dapat meneruskan kejenjang sarjana.
Secara keseluruhan, para guru ini mengajar 119 siswa yang terbagi menjadi 6 kelas, dimana setiap kelas diampu oleh satu guru. Proses pembelajaran yang diadakan di sekolah tidak terlepas dari visi dan misi sekolah. Adapun visi SDN Bandingan 04 adalah menciptakan siswa berakhlak mulia, berbudaya, berilmu, terampil dan berdaya saing tinggi dalam menyongsong masa depan. Sedangkan misinya adalah:
a) menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan di sekolah,
b) melakukan pembiasaan-pembiasaan yang berbudi pekerti,
c) mengedepankan pembelajaran yang beroroentasi pada keterampilan proses,
d) menambah materi dan alokasi waktu pembelajaran,
e) meningkatakan prestasi akademik dan non akademik siswa,
f) menggalakan gemar membaca.
Dengan visi dan misi tersebut SDN Bandingan 04 ini mengharapkan anak didik yang berlajar di sekolah ini dapat senantiasa berkembang secara optimal dengan kemampuan yang mereka miliki.
2. Deskripsi Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah 23 siswa kelas V SDN Bandingan 04 dengan rincian jumlah siswa laki-laki 12 siswa dan jumlah siswa perempuan 11 siswa. Latar belakang dari 23 siswa-siswi kelas sebagian besar adalah dari keluarga petani. pedagang, dan PNS.
Dari 23 siswa-siswi di kelas V mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang memiliki sifat pendiam, aktif, suka bertanya, pemalu, dan hiper aktif. Hal ini menuntut guru supaya dapat mengkondisikan siswa-siswi tersebut untuk dapat belajar bersama di dalam satu ruang kelas.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, hasil belajar Sains siswa kelas V SDN Bandingan 04 masih dapat dikatakan rendah. Selain itu, masih banyak siswa mengalami kesulitan untuk belajar Sains di kelas. Hal ini disebabkan guru masih dominan dalam pembelajaran dan guru belum dapat menerapkan metode-metode yang sesuai dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, sehingga siswa terlihat cenderung pasif dan diam dalam proses pembelajaran. Adapun nama-nama subjek penelitian ini dapat dilihat di lampiran 4.
3. Profil Kelas Sebelum Tindakan
Profil kelas yang diamati adalah hasil belajar Sains siswa kelas V sebelum dilakukan tindakan adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Profil Kelas Sebelum Tindakan

Kelas Jumlah Siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata Prestasi Belajar
V 23 20 80 46.95
Tabel diatas menggambarkan kelas sebelum dilakukan tindakan. Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai terendah adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 80 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa menunjukan 46,95. Data tersebut menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar Sains siswa kelas V masih dalam katagori rendah. Untuk daftar nilai pre test setiap siswa pada pembelajaran dapat dilihat pada lembar lampiran
Gambaran ini dijadikan dasar dalam melihat permasalahan. Selain itu, sejumlah informasi yang disebabkan oleh tindak mengajar perlu digali dari guru kelas V. berdasarkan permasalahan di atas, selanjutnya guru dan peneliti melakukan dikusi yang digunakan sebagai dasar penentuan langkah tindakan.
Dalam proses pemebalajaran Sains di kelas V, ditemukan beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, berbicara dengan teman sebangku, dan tidak mengerjakan tugas dengan baik. Keseriusan siswa dalam belajar siswa kurang dan siswa cenderung bosan dengan kegiatan belajar yang selalu mendengarkan guru dan mengerjakan soal latihan di buku Fokus (buku latihan siswa).
4. Penelitian Tindakan
a. Siklus I
1) Perencanaan
Penentuan materi pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini didasarkan pada kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Perencanaan pembelajaran dibuat dengan menyesuaikan kurikulum yang berlaku dan kemudian dikonsultasikan kepala sekolah. Adapun standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa kelas V Sekolah Dasar terkait dengan hasil belajar yang bersifat kognitif ini adalah pengetahuan tentang cahaya, pemahaman tentang sifat-sifat cahaya, dan penerapan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk melaksanakan tindakan diperlukan suatu rancangan tindakan yang akan digunakan sebagai bahan intervensi yaitu penyusunan desain pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning. Rancangan kegiatan secara umum merupakan modifikasi dari suatu pelajaran yang dirancang dengan menggunakan metode discovery learning. Rancangan kegiatan ini mengoptimalkan peran siswa untuk dapat menemukan konsep pada materi yang sedang dipelajari. Guru dirancang untuk seminimal mungkin terlibat dalam proses pembelajaran agar siswa dapat menemukan sendiri apa yang mereka pelajari.
Kegiatan pembelajaran dalam siklus I dengan menggunakan metode discovery learning ini, siswa dirancang untuk dapat bekerja sama di dalam kelompok untuk berusaha menemukan hal yang belum mereka ketahui dan memahami materi yang sedang dipelajari dengan melakukan percobaan. Peran guru hanya mengkondisikan siswa dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan siswa yang belum jelas dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan dalam siklus I ini dirancang menjadi dua pertemuan, dimana setiap pertemuan mempelajari satu sifat cahaya saja. Rencana pembelajaran pertemuan pertama mempelajari sifat cahaya merambat lurus dan pertemuan kedua mempelajari sifat cahaya menembus benda bening. Pelaksanaan pembelajaran dilkukan dengan melakukan percobaan dengan alat-alat yang telah dipersiapkan oleh guru. Siswa melakukan percobaan dengan berkelompok dan menuliskan hasil pengamatan kedalam LKS (lembar kerja siswa).
2) Pelaksanaan
a) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dalam siklus I mengunakan metode discovery learning ini mempelajari sifat cahaya merambat lurus. Pembelajaran dimulai dengan melakukan apersepsi atau bahan pengait yang sesuai dengan tema yang akan di pelajari yaitu sifat cahaya merambat lurus. Adapun kegiatan apersepsi tersebut adalah guru menanyakan kepada siswa “apakah kalian sudah pernah melihat cahaya yang berasal dari genting yang bolong?”.
Dari pertanyaan guru tentang cahaya, siswa diarahkan kepada topik yang akan dipelajari yaitu “Cahaya merambat lurus”. Dari topik tersebut, guru mengkondisikan siswa membentuk kelompok sesuai dengan kelompok kerja kelas yang sudah ada. Setelah kelompok kerja terkondisikan, guru meminta para perwakilan kelompok untuk mempersiapkan alat yang akan digunakan dalam percobaan yang telah disiapkan guru. Setelah siswa mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mengetahui bahwa cahaya memiliki sifat merambat lurus, siswa diberikan LKS (lembar kerja siswa) yang berisikan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.
Setelah persiapan selesai dilakukan guru membagikan LKS yang berfungsi untuk mempermudah siswa melakukan percobaan. Dalam pelaksanaan percobaan, siswa belerjasama di dalam kelompoknya masing-masing. Siswa terlihat aktif dalam pelaksanaan pecobaan yang dilakukan, walau sesekali siswa bertanya kepada guru tentang hal yang masih belum jelas. kemudian siswa menuliskan hasil percobaan kedalam LKS tersebut. asil dari percobaan tersebut dipresentasikan oleh perwakilan kelompok di depan kelas

Gambar 3
Pengamatan Tentang Cahaya Merambat Lurus

b). Pertemuan kedua
Pelaksanaan penelitian pada pertemuan kedua mempelajari tentang sifat cahaya menembus benda bening. Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan apersepsi dengan cara guru mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, kemudian guru memberikan pertanyaan kepada siswa “Apakah kalian pernah melihat cahaya matahari pada kaca rumah kalian?” dengan serentak, siswa menjawab pernah.
Setelah apersepsi selesai dilakukan, guru meminta siswa membentuk kelompok sesuai dengan kelompok kerja kelas. Siswa kemudian dikondisikan untuk dapat membentuk kelompok dengan tertib. Setelah kelompok terbentuk, ketua kelompok mengambil alat untuk melakukan percobaan yang telah disiapkan oleh guru.
Pelaksanaan percobaan ini, siswa diminta untuk menggolongkan benda-benda yang tersedia ke dalam kriteria benda tembus cahaya dan benda tidak tembus cahaya dengan melakukan percobaan. Pelaksanaan percobaan dilakukan secara sungguh-sungguh oleh siswa. Siswapun dapat mengetahui perbedaan benda yang dapat ditembus cahaya dan benda tidak dapat ditembus cahaya dari ada tidaknya bayangan yang terkena cahaya dari benda tersebut.

Gambar 4
Siswa Mengamati Gelas yang Berisi Air Kopi

Setelah melakukan perobaan dan menuliskan hasil percobaan tersebut kedalam LKS, kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil dari percobaan tersebut yang diwakili oleh ketua kelompok. Presentasi dilakukan secara bergiliran. Bagi kelompok yang belum mendapat giliran presentasi, kelompok tersebut mendengarkan dan memberikan tanggapan terhadap presentasi yang tidak sesuai atau salah.
Setelah presentasi selesai dilakukan, siswa secara bersama-sama merangkum materi dari percobaan yang telah dilakukan. Dari percobaan tersebut, siswa dapat membedakan antara benda yang dapat ditembus cahaya dan benda yang tidak dapat ditembus cahaya serta siswa mampu menyebutkan contoh-contoh bendanya. Kemudian sebelum pembelajaran disudahi, terlebih dahulu siswa mengerjakan tes sebagai alat ukur kemampuan hasil belajar siswa pada akhir siklus I.







Gambar 5
Siswa Mengerjakan Soal Akhir Siklus I

Adapun hasil dari tes yang dikerjakan siswa pada akhir siklus adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Tes Akhir Siklus I

Kelas Jumlah Siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata
V 23 20 100 69,56

Untuk daftar nilai post test setiap siswa pada akhir siklus I dapat dilihat pada lembar lampiran 7.
3) Observasi
Observasi berfungsi untuk mendokumnentasikan pelaksanaan tindakan yang dapat menghasilkan perubahan hasil belajar. Obervasi yang dilakukan peneliti pada perlaksanaan bembelajaran adalah peningkatan hasil belajar siswa setelah tindakan pertama. Hasil observasi diperoleh dari data nilai hasil tes yang dilakukan siswa pada akhir siklus I. Adapun hasil dari tes yang dilakukan pada akhir siklus I ini adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Nilai Pre Test dan Post Test Siklus I

No Jenis Tes Jumlah Siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai
Rata-rata
1 Pre Test 23 20 60 46.95
2 Post Test 23 20 80 69,56
Peningkatan Nilai Siklus I 22,61


4) Refleksi dan Revisi Rancangan Tindakan
a) Refleksi
Kegiatan refleksi pada penelitian ini terdiri atas tiga tahap, yaitu (a) tahap penemuan masalah, (b) tahap merancang tindakan, (c) tahap pelaksanaan. Refleksi ini dilakukan agar dalam proses pembelajaran selanjutnya tidak terjadi hal yang sama sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih baik.
Tahap penemuan masalah dapat diidentifikasikan menjadi dua, yaitu permasalahan yang berasal dari guru dan dari siswa dalam pembelajaran Sains degan menggunakan metode discovery learning pada sub pokok materi sifat-sifat cahaya. Permasalahan dari guru antara lain masih terlalu tergesa-gesa dalam menjelaskan langkah-langkah kegiatan percobaan yang akan dilakukan oleh siswa sehingga siswa belum begitu jelas dengan apa yang akan mereka kerjakan dan guru belum banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Permasalahan yang muncul dari siswa dalam pembelajaran Sains dengan menggunakan metode discovery learning ini adalah siswa tidak terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan dengan percobaan untuk menemukan konsep materi yang dipelajari. Selain itu, siswa masih bingung dengan apa yang harus dikerjakan karena penjelasan dari guru masih kurang jelas.
Penyusunan rancangan dan revisi rancangan tindakan dilaksanakan guru berdasarkan hasil refleksi. Hal tersebut sebagai desain pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning yang dituangkan dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan kegiatan siswa yang diperbaiki.
Kesimpulan dari hasil refleksi antara guru dan peneliti berupa temuan nilai yang mengalami peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 22,61. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Kelas Awal siklus II Akhir siklus II Peningkatan Prosentase Peningkatan
V 46,95 69,56 22,61 48%
b) Revisi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukakan guru dan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa permasalahan yang muncul pada saat proses pelaksanaan tindakan siklus I serta disepakati oleh guru dan peneliti untuk mengadakan beberapa revisi pada rancangan tindakan.
Adapun revisi pada pembelajaran Sains dengan menggunakan metode discovery learning adalah peningkatan penjelasan guru terhadap apa yang akan dilakukan oleh siswa. Guru juga harus mendampingi siswa dalam melakukan percobaan. Kelompok yang sedang melakukan percobaan harus didampingi dengan baik, agar siswa dapat melakukan percobaan dengan baik tanpa ada kebingungan yang mereka alami.
b. Siklus II
1) Perencanaan
Pembelajaran Sains pada sub pokok materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan metode discovery learning merancang agar siswa dapat menemukan konsep-konsep materi yang sedang dipelajari melalui sebuah percobaan. Percobaan ini dilakukan oleh siswa dengan berkerjasama oleh semua anggota kelompok. Percobaan yang dilakukan oleh siswa di damping dan dipantau oleh guru.
Permasalahan yang muncul telah disadari oleh guru bahwa pelaksanaan pembelajaran Sains pada sub pokok materi sifat-sifat cahaya dengan mengggunakan metode discovery learning belum sempurna. Beberapa permasalahan yang muncul adalah (1) guru belum bisa sepenuhnya melepas siswa untuk dapat melakukan percobaan sendiri, (2) siswa belum pernah melakukan precobaan dalam belajar Sains. Hal tersebut menyebabkan guru harus dalam pembelajaran untuk dapat memberikan bimbingan kepada siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam melakukan percobaan.
2) Pelaksanaan
a) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dalam siklus II ini mempelajari sifat cahaya dapat dipantulkan. Sebelum pelakasanaan pembelajaran dimualai, terlebih dahulu guru memberikan pre test kepada siswa. Adapun hasil pre test pada siklus II ini adalah sebagai berikut:
Tabel 8
Hasil Tes Awal Siklus II

Kelas Jumlah Siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata
V 23 20 70 41,30

Untuk daftar nilai pre test setiap siswa pada siklus II dapat dilihat pada lembar lampiran 12.
Setelah tes awal selesai dikerjakan siswa, kemudian pelaksanan pembelajaran pada pertemuan pertama siklus II ini diawali dengan apersepsi. Guru menanyakan kepada siswa “Apakah kalian pernah bermain cermin pada siang hari? Apa yang kamu liat?” Setelah itu, siswa dikondisikan membentuk kelompok sesuai dengan kelompok kerja dalam kelas. Masing-masing kelompok mempersiapkan peralatan untuk melakukan percobaan. Setelah masing-masing kelompok siap dengan semua alat yang dibutuhkan, kemudian guru menjelaskan langkah-langkah kerja seperti pada siklus pertama secara lebih jelas sehingga diharapkan siswa lebih paham terhadap langkah kerja yang harus dilakukan.










Gambar 6
Siswa Menyorotkan Cahaya Senter Kearah Cermin


Setelah semua kelompok paham dengan apa yang harus dikerjakan, kemudian siswa melakukan percobaan. Dengan kerjasama antara anggota kelompok, siswa dapat melakukan percobaan dengan baik. Proses percobaan yang telah selesai dilakukan, kemudian dituliskan pada LKS yang sudah disediakan kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil dari percobaan yang dilanjutkan dengan merangkum percobaan yang telah dipelajari.
b) Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua, pelaksanaan pembelajaran dengan metode discovery sama dengan pertemuan pertama pada siklus kedua. Pertemuan kedua ini siswa mencoba menemukan salah satu sifat cahaya yang ada yaitu cahaya dapat dibiaskan. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ini siswa melakukan percobaan dengan menggunakan berbagai peralatan yang diperlukan seperti air, gelas, uang logam, pensil, dan senter. Percobaan ini dilakukan agar siswa dapat menemukan bahwa benda yang berada di dalam air akan terlihat berubah, baik bentuk, ukuran, maupun posisinya yang membuktikan tentang adanya peristiwa cahaya dapat dibiaskan.






Gambar 7
Siswa Sedang Melakukan Pengamatan Terhadap Uang Logam dalam Gelas

Siswa dikondisikan untuk melakukan percobaan dan menuliskan hasil pengamatan ke dalam LKS yang telah disiapkan oleh guru. Setelah selesai siswa mempresentasikan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh masing-masing kelompok.
Setelah selesai melakukan percobaan siswa mempresentasikan hasil perrcobaan yang telah dilakukan. Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai, siswa mengerjakan soal evaluasi pada akhir pelajaran untuk mengetahui hasil belajar yang telah dikuasai siswa.
Dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada akhir siklus II ini siperoleh data seagai berikut:
Tabel 9
Hasil Tes Akhir Siklus II

Kelas Jumlah Siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata
V 23 60 100 79,56
Adapun hasil tes awal pada siklus II ini lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran
3) Obseravasi
Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, pelakasanaan pembelajaran pada siklus II ini sudah berlangsung dengan baik. Sesuai dengan data yang diperoleh peneliti tentang hasil belajar siswa pada akhir siklus II, menunjukan adanya hasil belajar Sains siswa kelas V yang baik. Hasil belajar ini diperoleh dari tes yang dilakukan pada akhir siklus II. Adapun hasil dari tes pada akhir pertemuan siklus II ini adalah sebagai berikut:
Tabel 10
Nilai Pre Test dan Post Test Siklus II

No Jenis Tes Jumlah Siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai
Rata-rata
1 Pre Test 23 20 70 41,30
2 Post Test 23 60 100 79,56
Peningkatan Nilai Siklus I 38,26

4) Refleksi dan Revisi Rancangan Tindakan Siklus II
1) Refleksi
Pembelajaran sifat-sifat cahaya dengan menggunakan metode discovery learning, serta adanya penjelasan guru yang baik dan peran guru yang mendampingi siswa dalam melakukan percobaan pada siklus ini pada umumnya sudah berjalan dengan baik. Guru sebagai pemandu kegiatan kelompok dalam pembelajaran juga sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat dari intensitasnya yang tinggi dalam melayani dan mendampingi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran sifat-sifat cahaya dengan menggunakan metode discovery learning ini terlihat lebih baik, yaitu nampak pada keseriusan dalam melakukan percobaan dan siswa sudah dapat melakukan percobaan dengan lancar. Semua ini dikarenakan siswa mendapat penjelasan yang rinci dari guru dan pendampingan dalam melakukan percobaan.
Proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus II secara keseluruhan sudah baik. Siswa sudah faham dengan segala sesuatu yang harus mereka kerjakan pada proses pelaksanaan percobaan berlangsung. Guru pun dapat mengantisipasi kebingungan siswa pada siklus I.
Hasil refleksi antara guru dan peneliti ini berupa temuan peningkatan hasil belajar Sains siswa, yaitu dilakukan dengan memberikan tes pada akhir siklus II terhadap kemampuan siswa dengan menggunakan lembar soal. Berdasarkan tes tersebut nilai belajar Sains pada materi sifat-sifat cahaya mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas. Adapun peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada Akhir siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 11
Peningkatan Hasil Belajar pada Siklus II

Kelas Awal siklus II Akhir siklus II Peningkatan Prosentase Peningkatan
V 41,30 79,56 38,26 93%

Dari data diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar pada akhir siklus II mengalami peningkatan 38,26 atau sebesar 93% dari rata-rata nilai pada awal siklus II.
2) Revisi
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan guru dan peneliti maka pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini sudah dikatakan baik. Siswa hanya perlu dibiasakan dengan melakukan percobaan-percoban yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Peneliti dan guru mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan dalam proses tindakan dalam pembelajaran siklus II. Guru dan peneliti menyimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning pada siklus II sudah baik.
B. Peningkatan Hasil Belajar
Setelah pelaksanaan tindakan selesai dilakukan, terjadi peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran Sains di kelas V. Rata-rata hasil belajar Sains siswa kelas V setelah tindakan meningkat menjadi 79,56. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar Sains siswa kelas V. Walaupu pada dasarnya setiap siswa mengalami perubahan peningkatan hasil belajar yang berbeda.
Pembelajaran Sains di kelas V yang dilakukan dengan menggunakan metode discovery learning selama dua siklus dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun perubahan nilai rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah tindakan untuk masing-masing siswa, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12
Perubahan Nilai Rata-rata Hasil Belajar
Sebelum dan Sesudah Tindakan
Kelas V Nilai Rata-rata Hasil Belajar
Awal Siklus I Akhir Siklus I Awal Siklus II Akhir Siklus II
46,95 69,56 41,30 79,56
Melihat dari data perubahan nilai hasil belajar siswa pada akhir siklus II yang menunjukan adanya peningkatan dan sudah sesuai dengan kriteria keberhasilalan yang ditetapkan oleh peneliti, maka penelitian tindakan ini sudah membuktikan adanya peningkatan hasil belajar sehingga penelitian ini dianggap selesai. Secara keseluruhan data diatas menjelaskan bahwa nilai rata-ratahasil belajar pada akhir siklus II ini telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu mencapai nilai rata-rata > 70.
C. Pembahasan
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode discovery learning, dimana siswa didesain untuk dapat belajar dengan menemukan sendiri konsep materi yang sedang dipelajari melalui kegiatan percobaan. Siswa dibentuk kelompok untuk dapat bekerjasama dengan baik dalam proses pembelajaran dan dilakukan dengan didampingi oleh guru.
Proses pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama dua siklus, dimana setiap siklusnya berlangsung selama dua kali pertemuan. Setiap pertemuan dalam penelitian ini berlangsung selama dua jam pelajaran atau 70 menit. Pertemuan pertama pada awal siklus, guru memberikan pre test untuk mengukur kemampuan awal siswa terhadap materi yang diajarkan dalam hal ini adalah materi sifat-sifat cahaya, dan pada pertemuan kedua, pemberian tes dilakukan pada akhir pertemuan untuk dapat melihat hasil belajar dengan metode discovery learning.
Penelitian tindakan kelas dengan dua siklus ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar bidang studi Sains kelas V SDN Bandingan 04, dengan menggunakan metode discovery learning. Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan selama dua siklus ini terhadap hasil belajar Sains siswa kelas V pada sub pokok materi sifat-sifat cahaya adalah sebagai berikut:
Tabel 13
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Akhir Penelitian
No. Inisial Subjek Nilai Awal Siklus I Nilai Akhir Siklus I Nilai Awal Siklus II Nilai Akhir Siklus II
1. Nilai Tertinggi 80 100 70 100
2. Nilai Terendah 20 20 20 60
4. Nilai rata-rata 46,95 69,56 41,30 79,56


Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami perubahan yang berbeda. Pada siklus pertama hasil belajar siswa yang diketahui ada 17 siswa yang mengalami kenaikan, 2 siswa mengalami penurunan dan 3 siswa yang nilainya tetap. Setelah dilakukan perbaikan proses pembelajaran pada siklus II hasil belajar siswa pun mengalami peningkatan yang lebih baik. Pada siklus II, 22 siswa mengalami kenaikan dan 1 siswa nilainya tetap. Dari hasil pada siklus II menunjukan adanya suatu peningkatan hasil belajar yang lebih baik dibandingakan dengan siklus I. Adapun peningkatan hasil belajar siswa secara keseluruhan meningkat (Grafik 1 dan Diagram 1).

Grafik 1
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Peningkatan hasil belajar juga dapat dilihat pada diagram peningkatan niai rata-rata hasil belajar siswa sebagai berikut:


Gambar 8
Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata
Hasil Belajar Siswa

Adapun peningkatan hasil belajar dapat dihitung dengan efek size sebagai berikut:








Effect size = 79,56 – 69,56 = 10

Keterangan:
_
X = Nilai rata-rata
S1 = Siklus Pertama
S2 = Siklus kedua


















Gambar 9
Diagram Peningkatan Nilai Post Test Siklus I dan II
Berdasarkan Effect Size

Dari grafik diatas, maka dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar Sains siswa kelas V SDN Bandingan 04 sebesar 10.
Peningkatan hasil belajar Sians siswa ini diperoleh karena adanya metode pembelajaran discovery learning. Maslichah Asy’ari (2006: 51) mengemukakan bahwa metode discovery merupakan pendekatan dimana siswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa menemukan sendiri pengetahuan tersebut.
Sejalan dengan hal di atas, Moejiono dan Dimyati (1993: 87) berperndapat bahwa penggunaan metode discovery dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar. Dari hal itulah siswa menjadi dapat mengeksplorasikan keaktifan yang mereka miliki sehingga apa yang mereka pelajari dapat disimpan dengan baik dalam memori siswa dan hasil belajar siswa pun menjadi meningkat.